CITA-CITA ORANGTUAKU, CITA-CITAKU

 

Photo by Alexis Fauvet on Unsplash

 

 

"Cita-cita papa itu nggak kesampaian untuk menjadi ****, jadi kamu terusin aja cita-cita papa, ya. Ambil jurusan **** aja"

Pernah denger? Kalau enggak, selamat!

(Ohya, disini aku tidak menyalahkan siapa-siapa, ya baik si anak maupun papanya. Hanya kurang sependapat dengan si papanya aja, hehe).

Kebetulan, aku berada di lingkungan keluarga yang nggak terlalu dikekang banget soal cita-cita. Aku secara pribadi sangat diberi kebebasan untuk mengambil langkah apapun oleh kedua orangtuaku. Perlu digaris bawahi, kebebasan yang kumaksud bukan berarti tanpa batas. Selama itu tidak melanggar aturan kepercayaan dan norma yang berlaku, ya go on gitu. Sayapku bebas terbang kemana aja. Tapi tetep diarahkan dan dituntun, setelah itu aku bebas mau pilih jalan yang mana.

Hal ini agak menggelitik buatku. Karena, salah satu hal yang penting menurutku untuk menjadi manusia adalah kebebasan untuk memilih. Kalau semua serba maunya papa atau mama tanpa adanya hak kebebasan dari kita, bedanya sama robot apa dong? Cuman makan sama nafas doang. Sama poop.


Kemarin aku habis nginep dirumah temen and we did bed conversation lah.
"Kuliah gimana?" kataku sambil memakai kaos kaki - karena aku adalah manusia yang paling nggak nyaman tidur tanpa kaos kaki. Haha.

"Pusinggg!!" katanya.
"Pusing kenapa lu kaya ibu anak 3 lu" candaku.
"Ya pusing banyak banget yang mau dikerjain"
"Apa aja?" - dia lalu cerita sampai aku menanyakan, "tapi lu enjoy kan, seneng kan tapi ngambil jurusan ini tahun lalu?"
Raut wajahnya semakin berkerut. "Kenapa sih kenapa. Cerita", kataku.

Dia cerita kalau jurusan kuliah yang dia tempuh saat ini karena suruhan dari papanya. Bahkan papanya nyuruh dia untuk melanjutkan cita-cita papanya yang nggak sempet terwujud itu. 

"Loh, kemarin emangnya mau ngambil apa?" tanyaku dengan kondisi hati lumayan kurang enakan tapi excited.
"Gue pengennya ngambil sekolah musik" jawabnya dengan raut muka sedih dan terbebani. Fyi, ini anak jago banget lah dibidang musik, sumpah. Skill nya tuh kaya kalian ketemu orang terus langsung bisa ngerasain "wah nih anak cocok jadi musisi negeri ini deh". Beneran, nggak lebay. Karena se jago itu.

Dia bilang, "nggak apa-apa asalkan papa seneng deh."
Ini bagaikan pedang bermata dua nggak sih?
Ya bener sih motivasinya nggak salah untuk nyenengin hati orang tua, tapi kita sebagai anak juga berhak bahagia. Inilah yang dinamakan idealis boomers yang sangat menyusahkan.
Gimana ceritanya "melanjutkan cita-cita"? Kalau anaknya suka dan enjoy mah nggak apa-apa, lah ini kaga.

Kalau kita jatuh di jalan yang kita pilih kelak, yasudah belajar. Karena menurutku itu salah satu seni menjadi dewasa. At least aku nggak menyalahkan orang lain karena aku berjalan di jalan yang ditentukan oleh orang lain maupun orang tua. 

Tapi, jangan meyalahkan diri sendiri juga. Berterimakasih sama diri sendiri kala jatuh itu obat loh. Itu juga yang akan membentuk kepribadian kita. How we deal with ourselves, with any situation, how do we solve it, etc. Dan inget, masih ada Tuhan. Sejatuh-jatuhnya kita, Tuhan nggak akan biarkan kita tergeletak, kok. Percaya kalo Dia penolong yang setia dan selalu ada. Kita nggak akan mendapat malu selama hati kita ada buat Dia (Mazmur 25:3).

"Yaa, karena sudah terlanjur masuk kedalam bagian "cita-citanya papa" ini, paling nggak mencoba mencintai jalan "cita-citanya papa". Dalam proses mencintai hal itu,  jangan lupa berdoa sama Tuhan untuk minta tuntunan dan kekuatan." respon terakhirku untuknya.

Disini, mataku terbuka sedikit untuk melihat sisi lain dari orang tua. Aku pikir orang tua adalah sahabat untuk anak yang bisa diajak ngobrol, diskusi, berdebat yang sehat, yang bisa support mimpi dan pilihan anaknya. Kalau sampai mengintervensi dan mendoktrin anak, rasanya rumah nggak pantes lagi disebut rumah. Tuhan aja ngasih kita freewill, masa orang tua...

Aku berdoa semoga suatu saat tidak ada kata-kata "gara-gara papa kan aku jadi gini", tapi "terimakasih papa" darinya. 

Ini bisa jadi reminder juga buatku kelak kalo udah menjadi orang tua. "Tan, tuntun dan dukung anakmu ya. Jangan memaksakan kemauanmu, ok?!" Bahahaha.

Yagitudeh. 

Again, aku tidak menyalahkan siapa-siapa okayy.

 

Sekarang jam 02.52 WIB. Dah ah ngantuk, bhay!

Jangan lupa bahagia semuanya!


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ODP BNI

SIM A "BENERAN"

SIGN