Why do people idolize others? (fanatically)

 

Photo by picjumbo.com from Pexels




Kalau ada yang tanya ke gue apakah gue punya seseorang yang gue idolakan, gue akan jawab enggak ada. Karena, ya emang nggak ada. Siapa? Nggak ada. Gue juga nggak nge fans sama seorang artis, selebriti, atau istilah populer belakangan ini: influencer. Gue nggak punya nama-nama mereka, karena gue nggak mengidolakan mereka as personal. Lebih tepatnya, gue mengagumi beberapa karya yang lahir dari mereka. Karena karya dan personality, buat gue itu adalah hal yang jelas berbeda. Contoh, dari dulu gue suka banget sama lagu-lagunya band yang gue kenal dari dulu bahwa karya-karya mereka itu nggak sekadar lagu, tapi jiwa yang bernyanyi, yaitu Coldplay. "Ahh bisanya suka band luar negeri, dalam negeri dong!!" mungkin bakal ada yang ngomong gitu. Well, ada juga karya anak bangsa yang gue sukai. Lagu-lagu Tulus, gue suka. Pindah ke bidang lain, perfilm-an misal. Gue suka karya film dari Ernest Prakasa. Oh ya, gue juga suka nontonin stand up Indo, beberapa yang gue suka adalah karya dari Pandji, Radit, Ernest, Marcel, dan banyak lagi.

Gue suka karya-karya mereka. Gue menikmati banget karya-karya mereka, tapi bukan berarti gue mengenal mereka secara personal sehingga gue nggak punya alasan untuk mengidolakan mereka secara "fanatik". Cukup sebatas karya mereka dan mungkin sedikit pelajaran yang gue terima ketika gue ikut kelas mereka sebagai bagian dari pengembangan diri gue.  

Gue juga kadang bingung, kenapa sebagian dari orang-orang bisa mengikuti cerita rumah tangga seorang figur sampai tahu apa yang menjadi kesukaan anak dari seorang figur tersebut, gimana romantis dan harmonisnya keluarga figur itu. Padahal mungkin orang-orang seperti itu melewatkan hal penting yang mereka tidak sadari. Mungkin mereka lebih memerhatikan keluarga selebritis dibandingkan kondisi keluarga sendiri. Bahkan mungkin ada yang mencoba meniru budaya keluarga selebriti atau artis terkenal yang menurut mereka baik, padahal belum tentu cocok. Yang mengakibatkan rumah tangga mungkin bisa saja retak.


No one really knows someone else, no matter how close they are. 

 

Gue mengamati realita yang sering terjadi ditengah society dimana gue tinggal sedikit jauh berbeda dengan apa yang menjadi pandangan gue. Khususnya di dunia media sosial (Instagram dan TikTok). Sering banget gue mengamati kolom komentar dari -katakanlah- dia seorang yang memiliki cukup banyak followers, dan kolom komentarnya penuh dengan orang-orang yang sepertinya kenal banget sama dia. Tahu habit dia apa, tau makanan kesukaannya, tau warna favoritnya, and i'm like? What the hhhhheeee? 

Terus kadang mereka (yang punya followers banyak itu), kalau mereka live atau membuat suatu video, mereka sering bilang "buat kalian yang ngikutin gue dari awal, kalian pasti tau kan gue suka banget ini atau itu". What? Emang segitunya ya?

Hal itu kemudian membuat gue bertanya-tanya, kenapa seseorang bisa mengidolakan orang lain?
Ada lagi yang lebih nggak masuk akal, mengidolakan seorang figur sampai melakukan hal bodoh seperti.. yaaa menganggap seorang figur itu adalah pacarnya atau suami mereka sendiri. Se tergila-gila itu. Gue jadi inget suatu kejadian lucu ketika gue duduk dibangku SMP. Ada seorang perempuan sebaya gue yang sangat mengidolakan JB. Fotonya -JB- ada dimana-mana. Sampai ada di satu momen si perempuan tadi menangis ketika temannya memberikan opini buruk tentang JB. Gue yang kaya kebingungan, bener-bener bingung kenapa dia menangis. Apa alasannya gilaaaaa hahaha. 

Dulu gue sempet juga mikir, kenapa gue tidak mengidolakan satu orang pun figur terkenal ya? Apa ada yang salah sama gue? Disaat teman-teman sebaya gue pada punya seorang bintang yang mereka idolakan hingga memajang poster idola mereka dikamar mereka. Lucunya lagi, karena gue merasa aneh karena gue tidak mengidolakan seorang bintang, gue penasaran dan melakukan apa yang temen-temen gue lakukan: gue membeli poster foto seorang artis dan gue pasang di dnding kamar gue. Kemudian gue merasa aneh. Karena merasa aneh, akhirnya poster tersebut gue cabut lagi, HAHA. Gue merasa gue tidak normal karena merasa tidak seperti teman-teman gue pada saat itu. Padahal mah biasa aja kalo gue pikir-pikir sekarang.

Gue juga suka bingung kenapa orang sangat menginginkan untuk rela berebut hanya untuk berfoto dengan seorang figur, kenapa? Lucu tau. Kalo mereka tau lo, ya wajar kalian foto bareng. Tapi kalo cuman sepihak dan nggak ada urusan apapun, ngapain? Kecuali ada urusan terkait kegiatan bareng, project bareng, nahh itu baru. Tapi bisa jadi untuk kesenangan juga kali ya, yaudah gapapa juga haha. Cuman gue ngerasa itu adalah hal yang aneh dan lucu.

Kalo pun gue tidak mengidolakan seseorang nggak lantas berpengaruh buruk kepada hidup gue. Gue hanya bingung bagaimana orang-orang tersebut rela memberi waktu mereka untuk seorang yang "dianggap" terpandang ditengah masyarakat instead of yaa buat diri sendiri aja. Paham nggak?

Oke, ini hanya opini gue. Menurut gue,alasan seseorang bisa mengidolakan orang lain adalah karena:


1. Sebagian besar manusia bertumbuh dari didikan "klasifikasi"



Maksud gue, kalian sadar nggak sewaktu kecil kita dicekokin untuk melihat dan berbuat hal-hal baik menurut norma dan nilai masyarakat? Jadi, kalau ada orang yang melenceng dari jalur itu dikenal sebagai "bad guy" yang "sebaiknya" dihindari. Namun, some how kita dikasih tahu bahwa "orang baik" atau "orang hebat" itu seperti apa dan seakan-akan mengarahkan kita untuk terinspirasi oleh kebaikan atau kehebatan dari seorang figur. Waktu kecil kita hanya tahu baik dan buruk, bahwa kita harus mengikuti yang baik. Padahal, seiring kita bertumbuh, kita memahami bahwa manusia itu adalah makhluk yang kompleks. Bukan lagi baik dan buruk atau putih dan hitam, tapi ada sisi abu-abu yang harus kita pahami. 

Jadi, dari pemikiran tersebut gue menyimpulkan bahwa mayoritas manusia menyukai hal-hal baik. Dalam hal ini, manusia cenderung mengidolakan manusia lain yang mereka pandang baik, cantik, ganteng, yang menurut gue, baik itu adalah suatu hal yang mengandung unsur relativitas. Baik belum tentu benar juga. Apalagi, media membuat kita agar berpikir seperti itu, mengidolakan orang-orang yang kelihatannya memiliki hidup yang baik dan pantas untuk dicontoh.  Padahal, ada kemungkinan besar bahwa yang mereka perlihatkan itu jauh dari kenyataan. 

Orang yang kalian idolakan juga manusia, yang memiliki baik an buruk di musim hidup mereka. Hanya saja, media membuat seolah semuanya baik agar mereka terlihat layak untuk diidolakan. Mereka memang pantas disebut bintang. Terlihat indah kalau dilihat dari kejauhan makanya mudah untuk diidolakan. Coba kalau dari dekat, tahu jeleknya lo juga pasti ogah.



2. Kebanyakan dari mereka terobsesi untuk memiliki apa yang mereka tidak miliki, karena masyarakat cenderung lebih "melihat" dan mengakui figur yang "hebat"



Mereka mengidolakan seorang figur yang mereka anggap memiliki hal yang yang ingin mereka miliki. Contohnya, kecantikan, ketampanan atau prestasi bahkan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ini selagi motivasinya benar. Yang salah adalah ketika menginginkan apa yang dimiliki figur tersebut namun diluar dari kemampuan yang mereka miliki. Semacam fanatik. Kalau sudah fanatik, kecenderungannya adalah lupa diri bahkan lupa identitas. Kemungkinan besar, bisa jadi memiliki pendirian yang rapuh lalu bingung sendiri, nggak tahu maunya apa karena  terlalu mengglorifikasi kehidupan "hebat" orang lain.


Selanjutnya kalau gue ditanya, kenapa gue tidak mengidolakan seseorang? Nggak tahu. Hanya saja nggak mau, karena menurut gue, ya ngapain? Buat apa? Mereka punya cerita sendiri, gue pun sama, gue punya cerita gue sendiri.

Sepertinya segitu dulu, gue lanjut kapan-kapan lagi. Bye!

Comments

Popular posts from this blog

ODP BNI

SIM A "BENERAN"

SIGN