7 Kesalahan di Umur 23

 



So happy birthday to me!
Not today actually, hehe. Banyak banget pelajaran yang bisa ku petik satu tahun belakangan ini. Banyak banget. Terutama dimasa-masa sekarang ini. Aku bersyukur sama Tuhan Yesus udah ngejaga aku sampai sekarang ini. Aku lagi sering banget dengerin lagunya Casting Crowns yang judulnya Voice of Truth dan menurutku lagunya powerful sih. Karena tantangan terbesarku setahun belakangan adalah rasa takut. Seketika dengerin lagu itu entah kenapa tenang aja gitu, "The Voice of Truth says do not be afraid" katanya. Hehe

Sejauh yang sudah ku identifikasi (cielah 😅), kesalahan-kesalahan dan pelajaran yang ku peroleh satu tahun belakangan ini adalah:

 

1. Terlalu Menutup Diri

Sifat tertutup sama sekali enggak ada salahnya. Tapi, memiliki sikap tertutup bukan berarti harus menutup diri dari semua orang. Di umurku 23, setahun belakangan ini, aku diperhadapkan ke berbagai macam situasi yang mostly i can't take over. Dari how to dealing with myself, how to dealing with others (karena aku udah nggak anak kuliahan lagi, udah masuk ke dunia pekerjaan yang realitanya sangat berbeda dengan kehidupan perkuliahan, beda!), how to handle my ego, my ambition, how to dealing with my failure and at the end i am lost. Yes, i was.

When i was lost, aku menutup semua pintu "ruanganku". I just like "leave me alone!". Salah? Enggak kalau hanya sebentar untuk evaluasi diri, salah kalau berlarut dan kelamaan. Lama-lama tenggelam dalam pikiran sendiri. Terlalu menutup diri membuat kondisiku makin buruk, kurang bertumbuh, dan membuat komunikasiku dengan orang-orang yang kukenal pun jadi nggak baik. Ujung-ujungnya opportunities yang mungkin bisa kuambil jadi hilang. Setelah itu, nyesel, blaming myself. Ini adalah siklus yang nggak sehat buatku.

Aku pernah nonton TED Talks di Youtube, yang bilang gini "the good life is built with a good relationships". Relationship disini means about quality, not quantity yaa.

"Social connections are really good for us and the lonliness are kills. People who are socially connected to family, to friends, to community are happier, they're phisically healthier and they live longer. Then the lonliness could be a toxic, people who more isolated from others are less happy, their health declines earlier their life, their brain function declines sooner and live shorter life"- Robert Waldinger, 2016 on TED Talks.

 Selain itu, aku juga mendapat hikmat kalau mau bertumbuh itu nggak bisa sendiri. Pohon butuh air dan matahari untuk bertumbuh. Aku butuh orang-orang disekitarku untuk bertumbuh, dan pastinya butuh Tuhan untuk menuntun jalannya pertumbuhanku. Aku belajar dari kondisi ini dan mulai terbuka dengan orang-orang disekitarku dan itu membuat perasaanku better. Karena ada aja masukan/cerita orang lain yang membuatku lebih semangat lagi, dan melihat peluang lagi.

 

2. Nggak Fokus

 Banyak maunya! Mau jadi ini, mau jadi itu, mau belajar ini, mau belajar itu. Hah!
Akibatnya, belajar sesuatu jadi nggak efektif. Pokoknya, kemarin-kemarin aku greedy to learn. Semuanya mau dipelajari, dan nggak maksimal yang berujung pada "nothing". What i got? Ya nggak apa-apasih pengen belajar banyak, nggak apa-apa buat menemukan hal mana yang paling cocok sama kita. Asalkan.. motivasinya bener. Hahah. Salahku disini nih. Aku greedy banget buat belajar banyak hal supaya bisa melampaui orang-orang. Woiii, motivasinya salah! Kalau niatnya belajar untuk get approvement or apalah itu sebutannya, rasanya agak kurang pas aja. Nggak akan dapet sensasi belajarnya, trust me :)

So, yang bisa kupetik dari sini adalah kalau aku mau mahir di bidang tertentu, coba pelajari, kalau i'm in to it, go for it, tapi kalau enggak, yaudah leave it. "dengarkan hatimu, pastikan pilihanmu" hiyaa.

 

3.  Terlalu Ngotot

 Merasa paling bener, perasaannya paling bisa, paling tau, kurang mendengarkan orang lain. Sumpahhh sifat yang paling kubenci! Tapi, akupun bisa kaya gitu ya. Puji Tuhan aku tersadarkan. Masih mikir, "kok bisa sih dulu aku kaya gitu?", disgusting. Ewh.
Tau nggak aku disadarkan karena apa? Penolakan. Kegagalan. Iya, gara-gara itu aku introspeksi diri dan aku sadar sifat ini adalah bumerang buatku "waktu itu". Yaa, at least i thank God for the rejection :)
Karena nggak selamanya penolakan itu buruk, nggak selamanya kegagalan itu kesialan. Dari situ aku belajar, belajar banyak hal. Dari situ pula aku dibentuk menjadi lebih baik lagi. I'm not saying now i'm good at all, no. I'm still learning. Semuanya murid, semuanya guru. Dengarkan siapapun, sisanya pilih, sortir mana yang harus dimasukkan ke pikiran dan hati. Hehe

 

4. Full of Doubt

 Aku teringat, dari kecil aku sering banget dipanggil Tomas sama mamaku, atau orang rumah karena aku susah banget untuk percaya sesuatu hal tanpa ku buktikan sendiri. By the way, Tomas itu salah satu tokoh di Alkitab yang karakternya nggak percayaan, ragu apalagi pas kebangkitan Yesus. Ya, kurang lebihya kaya gitu. 

Aku punya banyak keraguan yang akibatnya susah untuk bikin keputusan dalam hidup. Apalagi setelah mengalami suatu kegagalan yang lalu-lalu, membuatku meragukan diriku sendiri juga. Aku terlalu fokus sama kegagalanku. "Kalau aku sendiri aja ragu sama diriku sendiri, gimana orang lain bisa yakin samaku?" I was asking myself for many times. Aku coba bangun lagi rasa percaya diri yang pernah ku punya. Seorang temen bilang ke aku, "lo itu punya banyak potensi, tan. Ayo dong, lo bisa. Iya kemarin lo jatuh, tapi jangan jadikan itu alesan buat ragu ke diri lo sendiri. Gue tau lo, lo punya banyak potansi." Dia bilang itu dan aku, diem. 

Aku juga pernah di judge, "imanmu dimana, jangan jadi iman Tomas dong"
Oh c'mon man. Beda kan ya tanggepannya. What i did? I listen, but i don't take it serious. Dalem hati, "anda nggak ada urusan dengan iman saya".

Hal yang bisa ku pelajari adalah, baik keraguanku, keraguan Tomas itu adalah sebuah perjalanan iman. Aku nggak bisa menghakimi diri sendiri atau orang lain yang memiliki keraguan. Keraguan yang tulus itu harus kita sampaikan kepada Tuhan dan minta pertolongan. Setiap pengalaman manis dan pahitnya kehidupan, yang enggak ku mengerti adalah sebuah kesempatan untuk mengekpresikannya kepada Tuhan. Perlahan, belajar membangun rasa percaya diri itu lagi dan belajar buat keputusan sendiri.

 

5. Overthinking

 Hmm, rasanya banyak deh orang yang bermasalah dengan hal yang satu ini, yep Overthinking. Ini sebenernya udah ada di draftku sejak Agustus tapi nggak jadi-jadi dilanjutin yaampunnn. Haha
Apalagi dimasa korona gini ya, orang lebih sering dirumah, aktivitas diluar makin sedikit, berinteraksi pun makin jarang bisa bikin pikiranku makin liar nggak karuan. Tapi, perlahan aku mengerti polanya. Aku udah mulai paham kalau kira-kira pikiranku udah kemana-mana, aku segera antisipasi secepat mungkin. Untuk detilnya bisa klik disini deh. Soon aku publish ahhh.

 

6. Non-Mindfulness

 The ability to be fully present in the moment,  singkatnya gitu. Setahun belakangan aku kurang merasa present in the moment, jadinya kurang menikmati. Aku kurang menikmati setiap momen, setiap proses perjalanan hidupku. Jadinya aku kurang paham gimana dan sejauh mana aku berkembang, hal apa aja yang benar-benar ku butuhkan, hal-hal yang esensial dalam hidup. Rasanya terlewatkan begitu aja tanpa menikmati. Menurutku, hidup berkesadaran itu penting dan sedang ku latih. Aku merasakan sendiri manfaatnya, aku benar-benar paham akan apa yang saat ini aku kerjakan, aku paham gimana keadaanku, bagaimana aku proses, dan menurunkan tingkat stres. Gitudeh.

 

7.  All About Me

Yang kupikirkan adalah tentang aku. Kemana aku harus melangkah lagi, apa yang harus ku perbuat lagi, aku maunya begini aja, atau begitu aja, apa yang ku bisa, ohh aku harus bisa ini, bisa itu biar ini, biar itu. Hadeh. Bakalan capek. Pada akhirnya semuanya sia-sia. Hidupku hanya sementara di dunia. Segala daftar ambisi udah buyar. Aku sadar hal yang paling esensial adalah hidupku bukan milikku, hidup untuk Tuhan. Hidupku milik Tuhan, ya suka-suka Dia lah mau diapain. Berserah aja.

Iya, aku tau kita manusia dikasih free-will. Aku bebas untuk memilih, tapi tetap aja. At the end, untuk memutuskan pilihan harus memiliki hikmat yang benar. Fokusnya bukan menyenangkan diri sendiri lagi, tapi menyenangkan hati Tuhan. Karena, aku percaya segala sesuatu yang Tuhan rencanakan itu semuanya baik.

Jadi, apa yang ku pelajari dari sini? Hidup berserah kepada Tuhan. Bukan menyerah ya, tapi berserah. Bedanya apa? Menyerah yo wes, meneng wae, nggak melakukan usaha apa-apa lagi. Opo meneh, turu wae. Tapi, kalo berserah, kita berusaha, sisanya Tuhan yang bekerja, hasilnya? Menurut kehendakNya. That's it. 

Okedeh sampai sini dulu. Pada akhirnya, nggak ada manusia yang sempurna. Like i said before, smua guru, semua murid. Belajar terus yukk!

Cheers!

 

 

Comments

Popular posts from this blog

ODP BNI

SIM A "BENERAN"

SIGN