HOW CAN PEOPLE "RELAX" WHEN THE NUMBERS KEEP GOING UP?
![]() |
Photo by Volodymyr Hryshchenko on Unsplash |
Halo semua!
Tadi pagi notifikasi dari CNN masuk ke HP gue yang isi beritanya tentang Pak Anies Baswedan positif Covid-19. Setelah hampir satu bulan gue nggak update (lebih tepatnya membatasi) informasi tentang Covid-19, statistiknya sudah seperti apa, akhirnya tadi pagi gue cek. Gue kaya yang "oh ok". Habis itu gue buka sosmed, scroll.. scroll.. kok gue males bercampur rasa "ewh" dan sedikit parno.
Belakangan ini gue amati orang-orang yang di sosmed sekarang terlihat udah pada "yaudah lah" gitu sama kondisi ini. Apa gue yang terlalu parno?
Kok sekarang nongkrong rame-rame udah pede-pede aja di tempat umum? Olahraga rame-rame, nge-mall rame-rame, vacation rame-rame dan hal-hal lainnya yang nunjukin seakan-akan tidak ada apa-apa, seakan-akan pandemi sudah usai. Seakan akan memakai masker hanyalah formalitas, atau takut didenda. Nggak gitu dong konsepnya.
Oh ya, tolong digaris bawahi rame-rame disini yang gue maksud adalah literally RAMEAN antar temen yang lo nggak bisa guarantee dia itu bebas covid-19 apa engga dan apalagi tidak menerapkan protokol kesehatan. Dan pengecualian untuk yang memang berkewajiban bekerja keluar rumah/kota atau remote lah dan kumpul keluarga deket yang memang sudah pasti aman (karena bareng terus).
Dan agak kesel baca berita soal pemangkasan jatah libur akhir tahun. Tapi ya mau gimana, kondisi memaksa harus begitu.
Kemarin dalam postingan gue yang ini, gue cerita baru dari kondangan. Untuk pertama kalinya gue ke kondangan di masa pandemi. Ekspektasi gue, "Oh, di Kota Besar kok, pasti pengawasannya bagus dan pasti orang-orang yang diundang pakai kuota maksimum sesuai kondisi covid, dan pastinya menerapkan protokol kesehatan". Faktanya, ekspektasi gue terpatahkan. Gue tidak menyalahkan yang mengadakan acara, tapi orang-orang yang dateng dan pengamanannya. Gue sudah berusaha untuk menjaga jarak dan sebisa mungkin tidak melakukan kontak langsung dengan stranger. Susah cuy! Mau marah aja rasanya sama orang-orang yang nggak punya awareness yang tiba-tiba deket-deket ke gue. Bukannya sombong, but come on ini bukan kondisi normal, tapi pandemi. Pantes pemerintah (yang memang berusaha) itu untuk pusing, gue aja pusing ngadepin orang-orang di sekitar gue pas di kondangan.
Ohya, di circle gue pun sudah ada beberapa yang positif bahkan meninggal akibat covid-19. "Ah pasti ada penyakit bawaan tuh, atau emang udah umurnya aja" pale lu umur.
"Takutan banget lo kaya nggak punya Tuhan aja"
"Ah kita-kita aja kok, selow lah, aman!"
"Kan keluar seneng-seneng meningkatkan imun tubuh juga"
"Itu dia nggak apa-apa kok"
"Santai lah, kita sehat-sehat semua kok"
Optimis sekali ya. "Iya dong kan harus optimis biar pikiran positif dan kesehatan tetap terjaga"
Hati-hati ini bisa aja jadi bias optimistic loh.
Overall, setiap orang pasti berbeda. Dari segi values, insight, privilages, capabilities, needs. Karena gue juga paham kalau kita harus move on. Jadi menyesuaikan saja. I'm trying to say that i am not totally true, no offense, i just share about my feeling lately.
Oh ya, terakhir. Gue tulis ini khusus dengan sudut pandang dari wilayah yang menjadi zona merah covid-19 seperti Jakarta.
Stay healthy semuanya.
Cheers!
Comments
Post a Comment